SALINITAS
AIR LAUT
Nama : Ayu Nissa Kelas
: 4C/Geo.
NIM : 1110015000034 Email : negaraayu@yahoo.com
Konsentrasi rata-rata seluruh garam yang
terdapat di dalam air laut dikenal dengan salinitas. Konsentrasi ini biasanya
sebesar 3% (tiga persen) dari berat seluruhny amereka biasanya disebut sebagai bagian perseribu atau biasa
ditulis dengan 35 °/∞.
Konsentrasi gara-garaman ini jumlahnya relative sama dalam setiap contoh-contoh
air laut, sekalipun mereka diambil dari tempat yang berbeda di seluruh dunia.
Oleh karena itu tidak diperlukan mengukur seluruh salinitas dari contoh-contoh
setiap kali. Dalam hal ini sudah cukup menghitung salinitas pada satu daerah
saja dan dari hasil pengukuran ini dapat dipakai untuk menentukan salinitas
dari daerah-daerah lain. Cara yang biasa digunakan untuk menetukan salinitas
adalah dengan menghitung jumlah kadar klor yang ada dalam satu sampel (chlorinitas).
Persamaan
tahun 1902 di atas akan memberikan harga salinitas sebesar 0,03o/oo jika klorinitas sama dengan nol dan
hal ini sangat menarik perhatian dan menunjukkan adanya masalah dalam sampel
air yang digunakan untuk pengukuran laboratorium. Oleh karena itu, pada tahun
1969 UNESCO memutuskan untuk mengulang kembali penentuan dasar hubungan antara
klorinitas dan salinitas dan memperkenalkan definisi baru yang dikenal sebagai salinitas absolut.
Pengertian salinitas air yang sangat
mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Hal
ini dikarenakan salinitas air ini merupakan gambaran tentang padatan total
didalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan
iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. ( Definisi Salinitas air )
Pengertian salinitas air yang
lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat dalam 1000 gr air
contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah Na,
Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan lainlain. ( Definisi Salinitas air )
Salinitas air dapat dilakukan
pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan Refraktometer atau
salinometer ( Alat Pengukur Salinitas
Air ). Satuan untuk pengukuran
salinitas air adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (o/oo). Nilai
salinitas air untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt ( Salinitas air Tawar ), perairan payau
biasanya berkisar antara 6–29 ppt ( Salinitas
air Payau ) dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt. ( Salinitas air Laut ). (GUSRINA, BUDIDAYA
IKAN JILID 1)
Salinitas
merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air
laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh
karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang
terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun
1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika
semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses
kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida. Jumlah kadar garam terlarut
(gram) dalam 1 kg air laut.
Air
laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan
partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat
fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur
dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya.
Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara
signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam
di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan
osmosis. (http://oseanografi.blogspot.com/2005/07/salinitas-air-laut.html)
Salinitas air laut, perubahan
iklim, perubahan suhu, dan ombak keras menjadi factor degradasi
sumber daya pesisir dan laut. (http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/hampir-10-000-ha-hutan-bakau-ntt-rusak/)
Hampir
semua organisme laut hanya dapat hidup pada daerah-daerah yang mempunyai
perubahan salinitas yang sangat kecil. Daerah estuarian adalah suatu daerah
dimana kadar salinitasnya berkurang, karena adanya sejumlah air tawar yang
masuk yang berasal dari sungai-sungai dan juga disebabkan oleh terjadinya
pasang surut di daerah ini. Akibatnya daerah ini merupakan suatu tempat yang
sulit untuk dapat didiami, sehingga mereka merupakan suatu tempat yang hanya
dapat dihuni oleh organsme-organisme tertentu yang telah menysuaikan diri
dengan kondisi ini.
Salinitas
bersifat lebih stabil di lautan terbuka, walaupun di beberapa tempat
kadang-kadang mereka menunjukkan adanya fluktuasi perubahan. Sebagai contoh,
salinitas permukaan di perairan laut mediterania dan laut merah kadang-kadang
bisa mencapai 39 °/∞
dan 41 °/∞ yang disebabkan
karena banyaknya air yang hilang akibat dari besarnya curah hujan. (Sahala
Hutabarat, 2008: hal.55-56)
Fenomena alam yang terjadi di pertemuan laut
Mediterania dengan laut Atlantik di selat Gilbraltar (selat Jabal Thariq) telah
di rekamkan dalam firman allah, Q. S. Ar Rahman:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya
kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh
masing-masing” (Q. S. 55: 19-20)
Dalam firmannya tersebut allah SWT menjelaskan
bahwa meskipun kedua lautan tersebut sama-sama mengalir, berwujud air dan
sama-sama yang asin, tapi antara keduanya tidak dapat bercampur satu sama lain
seolah-olah ada batas yang tak akan terlapaui. Dalam penelitian modern bidang
oceanografi ternyata membuktikan bahwa batas yang menghalangi ke dua lautan
tersebut tak dapat bercampur karna adanya perbedaan salinitas (kadar garam),
densitas (kepadatan) dan suhu dari keduanya. (Al-Qur’an karim)
DAFTAR PUSTAKA
Ø
GUSRINA, BUDIDAYA IKAN JILID 1
Ø
Hutabarat, sahala,. 2008. Pengantar Oseanografi,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Ø
Al-Qur’an Karim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar